TERMANJA-MANJA KETIKA ADA USTAZ BARU
TERMANJA-MANJA KETIKA ADA USTAZ BARU
Salah satu tugas yang diberikan oleh
kampus selain KKN di sekolah asal ialah mengabdi di TPQ terdekat dari rumah,
akhirnya aku memilih TPQ Darussalam yang paling dekat dengan kediamanku. Aku
tinggal di sebuh rumah orang tuaku yang berukuran 19x10 m2, tepatnya
di Perumahan Pondok Karya Lestari (PKL), Jalan Gani Mulya Raya, Blok. D, RT.
22, No. 361, Kelurahan Sungai Kapih, Kesamatan Sambutan, Kota Samarinda, kode
pos 75115.
Hari pertama hingga hari terakhir
aku mengabdi di TPQ tersebut berjalan dengan lancar dan menyenangkan, TPQ
tersebut memiliki jadwal pelajaran yang berbeda-beda di setiap harinya, mulai
dari pelajaran mengenai tauhid, tajwid, fikih,
pengembangan diri, habsyi, hingga berolahraga di setiap hari sabtu.
Ada 4 tenaga penagajar di TPQ
tersebut, 3 ustazah yang salah satunya seumuran denganku dan seorang ustaz yang
sekaligus juga sebagai marbut Masjid Darussalam. TPQ Darussalam memiliki kurang
lebih 35 santriwan dan santriwati yang terbagi atas santriwan dan santriwati
yang masih di tingkat iqra dan yang sudah di tingkat al Quran. Aku memilih
untuk mengajar santriwan yang masih berada di tingkat iqra, selain sedikitnya
ilmu yang ku miliki untuk mengajar santriwan yang berada di tingkat al Quran,
aku juga berpikiran bahwa jika mengajar santriwan di tingkat iqra akan lebih
mudah untuk beradaptasi dan melakukan pendekatan.
Santriwan di sana cukup antusias dan
semangat sekali ketika aku duduk di hadapan mereka, mereka semua berada di
kisaran umur 4 hingga 10 tahun atau setingkat TK (Taman Kanak-kanak) hingga SD
(Sekolah Dasar). Ada beberapa kejadian yang ku rasa cukup menarik untuk
diingat, mulai dari gelagat mereka agar mereka diperhatikan, obrolan unik khas
anak kecil, hingga kemanjaan beberapa santriwan yang ingin duduk dipangkuan
saya.
Setelah kegiatan mengaji barakhir
atau sekitar pukul 18.00 WITA, kami (aku dan santriwan) memiliki rutinitas
untuk berkeliling sore di sekitar komplek perumahan. Kegiatan ini memang tidak
masuk dalam jadwal TPQ tersebut, tapi sangat menyenangkan bisa melihat mereka
bahagia dan bercanda tawa denganku sambil menikmati senja dengan berkeliling di
sekitar komplek. Setelah kami rasa cukup, kami bergegas kembali ke masjid untuk
menunggu azan magrib. Saya selalu mengingatkan mereka untuk terus salat
berjamaah di masjid, apalagi jarak rumah bereka dengan masjid tidak terlalu
jauh.
Aku cukup senang dengan mereka,
karena setiap salat magrib dan isa aku selalu menemukan mereka sudah duduk
bersila di atas sajadah menunggu datangnya panggilan Allah untuk menunaikan
salat fardhu (zuhur dan asar mereka sekolah, sedangkan subuh mereka ???
). Ada satu santriwan yang selalu menunggu kedatanganku di depan pintu
masjid ketika azan sudah berkumandang, namanya Zulfiqar. Zulfiqar sedang
menempuh pendidikan kanak-kanaknya di TK Al-Hikmah, dia adalah anak yang paling
suka bermanja kepadaku. Ada satu keinginan Zulfiqar yang sampai saat ini belum
saya penuhi, yaitu ingin pergi ke mal bersamaku, tapi aku hanya berkata ‘iya
nanti, kalau kakak ada duit’.
Ada seorang lagi bernama Zain, anak
ini sangat suka duduk dipangkuanku ketika aku hadir mengabdi di TPQ Darussalam.
Zain pernah mengajakku balapan sepeda dengan sepeda kecil yang ia miliki, tapi
aku menolaknya, bukan karena aku takut kalah, tapi sepeda yang ku miliki
berukuran berkali-kali lebih besar dari sepeda mininya.
Aku cukup senang bertemu santriwan
TPQ Darussalam, bukan hanya menambah pengalamanku dalam mengajar dan menambah
kawan, TPQ Darussalam juga telah memberikanku kesempatan untuk menanam amal
jariyah yang insyaallah akan berguna di akhirat kelak.
Komentar
Posting Komentar