PERKEMBANGAN KURIKULUM '50-an

PERKEMBANGAN KURIKULUM ’50-an

KURIKULUM 1968
            Kurikulum ini ialah pemaharuan dari Kurikulum 1964, isi pendidikan dalam kurikulum 1968 mengarah padakegiatan mempetinggi kecerdasan dan keterampilan, serta pengembangan fisik yang sehat dan kuat. Kurikulum 1968 bersifat politis, yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang disebut-sebut sebagai produk Orde Lama, yang bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati.
            Kurikulum 1968 ditandai dengan adanya correlated subject curriculum atau pendekatan pengorganisasian materi pelajaran dengan pengelompokan suatu pelajaran yang berbeda, yaitu secara korelasional. Mata pelajaran akan dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain, pengorganisasian tersebut akan berangsur-angsur mengarah pada pendekatan pelajaran yang terpisah-pisah berdasarkan disipilin ilmu.
Sifat correlated subject curriculum yang dimiliki oleh Kurikulum 1968 membuat materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi Kurikulum 1968 terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: Pembinaan Pancasila, Pengetahuan Dasar, dan Kecakapan Khusus. Jumlah mata pelajaran berjumlah 10 dan hanya mata pokok saja, serta materi pelajaran hanya bersifat teoritis tanpa mengaitkan dengan permasalahan nyata di kehidupan sehari-hari. Adapun Struktur Kurikulum 1968, yaitu:
1.    Kelompok Pembinaan Pancasila: Pendidikan Olahraga, Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia,   Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama.
2.    Kelompok Pembinaan Kecakapan Khusus: Pendidikan Kejuruan.
3. Kelompok Pengembangan Pengetahuan Dasar: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Pendidikan Kesenian, IPA, Berhitung.
Kurikulum 1968 memiliki kelebihan dalam mempertinggi keterampilan dan kecerdasan, serta mengembangkan fisik yang kuat dan sehat. Sebaliknya, Kurikulum 1968 memiliki kemalahan dalam muatan mata pelajaran yang hanya pokok saja dan bersifat teoritis tanpa mengaitkan dengan permasalahan nyata di kehidupan sehari-hari.

KURIKULUM 1975
            Dalam Kurikulum 1975 pada setiap bidang studi terdapat tujuan dari kurikulum, terdapat pula instruksional umum pada setiap pokok bahasan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam setiap satuan bahasan yang terdapat tujuan instruksional khusus. Dalam kurikulum ini guru diharapkan bisa membawa peserta didik kepada tujuan instruksional khusus di setiap proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penyampaian satuan bahasan ialah PSSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional).
            Kurikulum 1975 disusun dalam bentuk bidang studi sebagai pengganti mata pelajaran, jadi kurikulum 1975 juga mengenal bidang studi kesenian, IPA, IPS, dan sebagainya sebagaimana halnya yang terdapat pada kurikulum 1968.
            Pada Sekolah Dasar terdapat 9 bidang studi yang wajib diikuti oleh peserta didik, yaitu:
1.      Agama
2.      Bahasa Indonesia
3.      Matematika
4.      Olahraga dan Kesehatan
5.      Keterampilan
6.      Pendidikan Moral Pancasila
7.      IPS
8.      IPA
9.      Kesenian
Pada SMP terdapat 10 bidang studi wajib yang sama dengan SD ditambah Bahasa Inggris. Pada SMA terdapat bidang studi yang sama dengan SMP ditambah dengan 3 jurusan, yaitu: IPA, IPS, dan Bahasa.
            Cara penyampaian dalam Kurikulum 1975 berbentuk satuan pelajaran. Satuan pelajaran ini berbentuk satuan program pengajaran yang lebih kecil, seperti modul. Satuan pengajaran memiliki perbedaan dengan modul, yaitu modul sebagian besar digunakan oleh peserta didik, sedangkan satuan pengajaran disusun dan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu program modul tidak lengkap tanpa program satuan pelajaran, sekalipun pokok bahasannya sama persis.
            Kurikulum 1975 memiliki kelebihan dalam menekan pendidikan ke arah yang lebih efektif dan efisien dan sistem yang dianut mengarah pada tercapainya tujaun yang spesifik. Sebaliknya, kelemahan yang dimiliki ialah guru menjadi sibuk dalam menulis rincian pencapaian dari setiap kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
·      Hendyat Soetopo. Wasty Soemanto. 1986. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara.
·      Ahmad, dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia.

Komentar

Postingan Populer