Rahmah El-Yunusiyah: MENCERDASKAN WANITA MELALUI PENDIDIKAN


Rahmah El-Yunusiyah: MENCERDASKAN WANITA MELALUI PENDIDIKAN

https://id.wikipedia.org/wiki/Rahmah_El_Yunusiyah

  Nama Rahmah El-Yunusiah, memang tidak setenar nama Kartini yang selalu dirayakan setiap tanggal 21 April sebagai hari nasional, namun kontribusinya dalam memperjuangkan kecerdasan wanita melalui pendidikan tidak bisa dianggap remeh. Muslimah pertama yang mendirikan Madrasah bagi perempuan (Madrasah lil Banaat) di Indonesia ini, lahir pada tanggal 29 Desember 1990. Rahmah kecil terlahir di lingkungan keluarga yang agamis, beliau belajar pada ayahnya yang bernama Syaikh Muhammad Yunus dan juga kakaknya yang bernama Zainuddin Labay El-Yunusiy.
          Tradisi minang zaman dahulu yang menganggap aneh jika seorang wanita menuntut ilmu terlalu tinggi, menumbuhkan rasa kepeduliannya terhadap rendahnya pendidikan wanita kala itu. Maka pada tanggal 1 Nopember 1923 Rahmah mendirikan Madrasah Diniyah Puteri dengan berlandaskan al Quran dan as Sunnah, serta cita-cita mulia untuk mencetak siswi yang berjiwa Islam, cakap, aktif, dan bertanggung jawab akan kesejahteraan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah SWT. Pada tahun 1937, beliau juga berhasil mendirikan program Kulliyat al-Mu’allimat al-Islamiyah untuk menyiapkan kader-kader guru. Barulah pada tahun 1964 Rahmah membangun perguruan tinggi yang terdiri dari Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Dakwah.
             Kecintaan Rahmah atas dunia pendidikan wanita terdengar hingga Kairo, Mesir. Hingga pada tahun 1955 Syaikh Abdurrahman Taj, Rektor Universitas Al-Azhar kala itu melakukan kunjungan ke Madrasah Diniyah kepunyaan Rahmah El-Yunusiah, setelah kunjungan tersebut Al-Azhar membuka program pendidikan bagi wanita yang bernama Kulliyat al-banat. Dua tahun setelah kunjungan itu, Rahmah El-Yunusiah menerima gelar kehormatan Syaikhoh yang pertama kali diberikan Al-Azhar kepada seorang muslimah.
           Cerita Rahmah El-Yunusiah semakin mengukuhkan adanya seorang muslimah cerdas dan berkarakter Islam, yang bergerak atas dasar niat karena Allah SWT dengan tidak melupakan kedudukannya sebagai seorang wanita. Rahmah El-Yunusiah sadar akan porsi dan peran pria dan wanita dalam hak dan kewajiban yang telah ditetapkan oleh Islam, tanpa adanya idealis feminisme beliau bertindak tanpa menyamai kedudukan tersebut. Secara objektif, masyarakat bisa menilai perjuangan dan prestasi yang diraih oleh Rahmah El-Yunusiah bisa disetarakan dengan Kartini. Cerita Rahmah seakan terkikis dan terhapus sejarah beriringan dengan roda masa yang terus berputar.
            Penetapan hari nasional dalam mengenang sesosok pahlawan memang penting, tapi tidak lebih penting dengan nilai edukasi yang dikandungnya. Nilai edukasi yang dapat ditunjukkan ialah bahwa pahlawan wanita bangsa ini tidak hanya R.A. Kartini dan bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, melainkan ada seorang wanita muslimah yang ingin diperlakukan secara adil dalam hak dan kewajibannya tanpa mengubah kodratnya sebagai seorang wanita.

Penulis: Achmad Dandy

Tulisan ini disadur dari: Wikipedia


Komentar

Postingan Populer