BUTUH LITERASI AGAR TIDAK DIKELABUI
Saat ini
pembicaraan mengenai generasi milenial makin hangat dibicarakan di Indoensia,
terkhusus pada tahun politik 2018 dan 2019. Generasi milenial atau biasa kita
sebut dengan generasi Y merupakan golongan orang-orang yang lahir setelah
generasi X yang kisaran tahun lahirnya ada di antara 1980 – 2000-an.
Majalah TIME
pada tahun 2013 menyematkan label kepada generasi milenial sebagai “The Me
Me Me Gneration”. Menurut majalah TIME, generasi milenial dinilai sebagai
golongan yang individualistik, bergantung pada kecanggihan teknologi, apatis
terhadap politik, bahkan cenderung menganggap politik sebagai dunia nista.
Terkait dengan
apatisme politik, utamanya yang terjadi di Indonesia, hal tersebut telah
dikonfirmasi dengan survei yang dirilis oleh CSIS dan Litbang Kompas.
Berdasarkan survei CSIS yang dirilis pada awal November tahun lalu menunjukkan
hanya 2,3% dari generasi milenial yang memiliki ketertarikan dengan isu
sosial-politik. Litbang Kompas juga menyatakan hanya 11% dari generasi
milenial yang berkeinginan menjadi anggota partai politik.
Dalam perhelatan
tahun politik, terutama pilkada serentak tahun 2018 dan pemilu 2019, generasi
milenial merupakan pemilih potensial sebagai agen perubahan. Generasi mileniallah
yang kelak menjadi calon penerima estafet kepimimpinan bangsa Indonesia.
Generasi milenial memiliki karakter tersendiri dalam kehidupan politik. Pertama,
mereka memiliki kemampuan lebih dalam menggunakan teknologi, namun cenderung
apatis terhadap politik. Generasi milineial memiliki sikap tidak loyal kepada
partai, sulit patuh dan tunduk terhadap instruksi. Generasi milenial juga lebih
condong tidak mudah percaya pada elite politik, terkhusus yang mempermainkan
isu negatif di dunia maya dan sering terjerat kasus korupsi.
Kedua, cenderung tidak
konsisten dalam memberikan hak politiknya. Generasi milenial menyukai
perubahan, berpikir rasional, dan antikemapanan. Mereka lebih tertarik
menyalurkan hak politiknya terhadap partai yang berdedikasi dan peduli akan
aspirasi dan kepentingan generasi muda.
Menurut Alexis de Toqcueville
(2013), di negara demokrasi, setiap generasi adalah manusia baru. Generasi baru
inilah yang mengisi kekosongan gerakan politik Indonesia pada masa pasca Orde
Baru. Generasi milenial merupakan satu-satunya generasi yang bergelar “digital
native”, yaitu lahir dan tumbuh bersamaaan dengan perkembangan teknologi
yang kian maju.
Generasi milenial
menjadi bagian dari anak bangsa yang penting dalam perjalanan berbangsa dan
bernegara, selain melanjutkan kepemimpinan bangsa, kelak populasi mereka yang
besar memiliki peran yang besar pula dalam perhelatan pilkada dan pemilu yang
akan datang. Agar generasi milenial memiliki ketertarikan dalam kehidupan
politik dan berkeingingan ikut terlibat di dalamnya, maka mereka perlu
mendapatkan literasi politik.
Dewasa ini,
demokratisasi lebih banyak digerakkan oleh internet. Literasi politik lebih
mudah didapat melalui media sosial, tidak lagi dengan cara-cara konvensional. Kecenderungan politik ditandai dengan tren global
dalam mewujudkan demokrasi partisipatoris, sehingga transformasi politik yang
terhubung dengan internet dapat memberikan akses yang bersifat personal.
Literasi politik harus terus diberikan secara
konsisten oleh partai politik guna menggaet generasi milenial. Hal yang perlu
ditekankan kembali ialah generasi milenial bukanlah pemilih instan yang mudah
dikelabui dengan simpati dan empati di masa pasca pemilihan saja. Generasi
milenial sadar betul atas tindakan pembodohan oleh partai yang beranggapan
bahwa dukungan suara dapat diraih hanya dengan membagikan kebutuhan primer
kepada masyarakat. Bukan hal yang mustahil generasi milenial bisa saja tidak
memberikan suaranya karena merasa bahasa dan program partai tidak menyentuh
atau saking banyaknya janji yang tidak kunjung terpenuhi.
Literasi politik dapat disediakan melalui media sosial
maupun internet yang bersinggungan langsung dengan generasi milenial. Sebagai
generasi yang haus perubahan, posisi generasi milenial adalah penting.
Mencerdaskan kaum milenial dalam berpolitik merupakan investasi besar yang
berharga dalam mengawali perubahan di masa depan.
Komentar
Posting Komentar